Sunday, June 14, 2009

Karakteristik Daun Sebagai Ciri Pembeda Varian Klengkeng Pingpong



buah klengkeng pingpong type vietnam



daun sebagai ciri pembeda antar varian klengkeng pingpong


Selain buah, daun dapat digunakan sebagai ciri pembeda antar varian dalam satu species yang sama, dan hal tersebut sangat membantu kita dalam pemilihan varian yang kita inginkan. Sebagaimana dalam posting terdahulu, klengkeng pingpong yang beredar di Indonesia terbagi dalam 2 golongan besar, yakni pingpong asal Vietnam (type vietnam yang umumnya berdaun besar) dan pingpong asal Thailand (type Thailand berdaun kecil). Jika pingpong Vietnam berdaun cukup besar (gambar kanan), maka pingpong Thailand berdaun cukup kecil (gambar kiri). Dari kedua golongan besar klengkeng Pingpong ini, muncul beragam varian yang ditemukan di lapangan, mulai dari pingpong dengan daun muda (pupus) berwarna merah, pupus berwarna hijau muda, pingpong  dengan kulit buah berwarna merah, pingpong berbiji besar, pingpong berbiji kecil (sekitar 1/3 dari ukuran normal), hingga varian "Pingpong Buto", "Pingpong Suko", dan "Pingpong Mutasi Daun Lurus" dengan karakteristik ukuran daun yang jauh lebih besar, namun pinggir daun tidak bergelombang (keriting) dan berlekuk ke dalam sebagai mana halnya type Vietnam.






Beragam variasi klengkeng pingpong ini muncul sebagai akibat dari interaksi sifat genetik tanaman dengan lingkungan di mana pingpong tumbuh, bisa pula dikatakan sebagai bentuk adaptasi tanaman dengan lingkungannya. Perbedaan lingkungan (jenis tanah, kesuburan tanah, kandungan unsur/senyawa toksik, altitude, longitude, panjang penyinaran, naungan, suplai air tanah, salinitas, dan sebagainya) menjadi salah satu faktor penyebab munculnya variasi daun, selain faktor utama karena adanya proses mutasi sel atau mutasi somatis, segregasi gen, dan kemungkinan persilangan secara alami maupun buatan antar klengkeng yang sama, maupun antar klengkeng yang berbeda, yang menyebabkan munculnya begitu banyak varian klengkeng, khususnya pingpong

Wednesday, June 3, 2009

Jambu Kristal asal Taiwan





Di antara varietas jambu biji yang beredar di Indonesia saat ini, Jambu Kristal asal Taiwan ini adalah varian yang cukup istimewa, selain karena rasanya yang cukup manis dan sangat renyah, ukurannya pun cukup besar, serta kandungan biji yang sangat sedikit. Meski bisa dikategorikan sebagai seedless, jambu kristal ini sebenarnya tidak betul-betul tanpa biji, daging buahnya sebenarnya masih mengandung biji, namun dalam jumlah yang sangat sedikit, kurang dari 3% dari jumlah total keseluruhan daging buah yang dapat dimakan, dengan demikian persentase daging buah yang dapat dimakan sangat banyak tanpa harus terganggu dengan adanya biji dalam daging buah.





Sekali lagi, jika jambu kristal ini bisa dimasukkan ke dalam kategori seedless (tanpa biji), maka jambu kristal adalah jambu seedless yang paling mudah berbuah maupun dibuahkan, jauh lebih mudah dibanding jambu sukun lokal maupun jambu sukun bangkok (jambu farang). Tanpa treatment zat pengatur tumbuh maupun zat perangsang buah apapun, selain pupuk NPK 15:15:15 (10 gram per bulan dan pupuk daun Growmore hijau 20:20:20 seminggu sekali, jambu kristal asal bibit susuan yang ditanam di pot berdiameter 20 cm, dapat berbuah normal pada umur 3 bulan setelah tanam.

Karena kemudahannya dalam berbuah itulah, jambu kristal tergolong tanaman buah produktif yang layak ditanam, baik ditanam di dalam pot (tabulampot), di halaman rumah, maupun dikebunkan secara komersial. Hingga bulan Juli 2012, harga jambu kristal di tangan petani/pekebun berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 18.000 per kilogram, tergantung ukuran dan kualitas jambu kristal yang dipanen, sementara dibeberapa supermarket yang menjual jambu ini, banderol harga yang diberikan rata-rata adalah Rp 30.000/kg. Melihat harga yang tinggi ini, jambu kristal bisa menjadi pilihan untuk dikebunkan karena pasokan buah segar di pasar jumlahnya masih terbatas, itu karena buah segar hanya bersumber dari areal tanam jambu kristal yang juga masih terbatas.


perbandingan jambu kristal dengan jambu farang (jambu sukun bangkok)



Untuk mendapatkan buah jambu kristal yang berkualitas, tanaman harus tumbuh sehat dan dibudidayakan dengan cara yang benar. Tanaman hanya dapat tumbuh dengan baik apabila bibit yang ditanam berasal dari hasil perbanyakan vegetatif dengan entres yang diambil dan bersumber dari pohon induk yang berkualitas bagus, karenanya, penanam harus memulai dengan memilih bibit jambu kristal yang baik, bersumber dari penangkar yang baik, dan tentunya bibit diperbanyak dari pohon induk yang baik pula. Dalam jumlah satu atau dua tanaman, dan jika hanya dtanam di halaman rumah atau dalam pot, bibit cangkokan adalah pilihan terbaik disamping bibit okulasi tempel mata. Tajuk atau bentuk tanaman asal cangkok akan pendek dan melebar ke semua sisi, sementara bibit asal okulasi tempel mata akan tumbuh dengan sistem perakaran yang sangat baik. Pemangkasan rutin sangat dianjurkan bagi tanaman asal bibit cangkok maupun asal bibit okulasi, agar pertumbuhan tunas ujung dan tunas samping berlangsung merata dan dapat dikendalikan dengan baik, untuk merangsang keluar dan tumbuhnya bunga dalam jumlah yang banyak. Dengan jumlah bunga yang banyak, diharapkan dapat menghasilkan buah dalam jumlah yang banyak pula. 











Sawo Jumbo Thailand



Jika melihat tampilan sawo jumbo ini, maka bentuk buahnya berada di antara sawo jumbo Vietnam yang nyaris bulat dan sawo jumbo Cikumega 19 (CM19) yang lonjong. Pemilik blog mendapatkan bibit sawo jumbo ini sebagai oleh-oleh dari seorang teman yang pulang bepergian dari Thailand, 5 tahun yang lalu. Hingga hari ini, tanaman sawo jumbo ini hanya di tanam di dalam pot berdiameter 40 cm dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Sebagian ranting yang tumbuh memanjang ke atas, digunakan sebagai entris untuk pembuatan bibit susuan, sehingga bentuk tajuk tetap pendek. Tekstur daging buahnya lembut dan sedikit berair, nyaris sama dengan sawo lokal, dengan warna daging buah kecokelatan. Rasanya sangat manis dan cocok dimakan sebagai buah meja maupun dibuat juice. Dari semua buah yang dipanen, hanya didapatkan 1 biji saja dalam setiap buahnya, berbentuk gepeng membulat dengan "taji" di bagian pangkal biji. Sebagai mana halnya sawo jumbo yang lain, periode pematangan buah cukup lama, sekitar 5-6 bulan sejak bunga mekar, dan ukuran terbesar buah yang pernah dipanen (dari tanaman induk yang ditanam dalam pot diameter 40 cm) adalah 520 gram per buah.

Sawo Jumbo CikuMega 19 (CM19) - Malaysia


Sawo jumbo CM19 tetap berbuah jumbo meski hanya ditanam dalam pot berdiameter 20cm




Inilah varietas sawo yang paling banyak diburu dan dicari oleh para hobiis tanaman buah eksklusif, karena ukuran buahnya yang super besar, sekitar 500 gram hingga 700 gram per buah, melebihi ukuran buah sawo pada lokal umumnya. Berbeda dengan sawo jumbo Vietnam yang berbentuk bulat, sawo jumbo CikuMega 19 ini berbentuk seperti ellips. Jika biji sawo jumbo Vietnam cenderung berbentuk bulat dan gepeng, sawo jumbo CikuMega 19 ini mempunyai biji yang nyaris mirip dengan sawo lokal, yakni memanjang. Ciri khas sawo jumbo yang membedakannya dari sawo lokal adalah, hampir semua sawo jumbo mempunyai "taji" di ujung biji, dengan jumlah biji hanya 1 atau 2 saja dalam setiap buahnya. Sawo ini adalah hasil riset dari MARDI (Departemen Pertanian) Malaysia.





Habitus tanaman sawo jumbo CM19 ini sama saja dengan tanaman sawo pada umumnya, yang membedakannya, khususnya dengan tanaman sawo jumbo Vietnam adalah daunnya yang lebih ramping dan lebih panjang. Bunga keluar di ujung ranting dengan jumlah bunga berkisar antara 6 hingga 12 kuntum, setelah persarian selesai, bakal buah yang terbentuk hanya berkisar 2 hingga 4 saja, dan hanya 1 hingga 3 bakal buah yang membesar hingga ukuran maksimumnya, yaitu 500 hingga 700 gram per buah. Ini juga ciri khas sawo jumbo CM19 yang membedakannya dengan sawo lokal pada umumnya yang bakal buahnya bisa mengelompok antara 4 hingga 10 buah di setiap ujung ranting. Karena ukurannya yang jumbo, sejak bunga mekar hingga buah siap konsumsi, diperlukan waktu setidaknya 150 hari, tergantung ukuran sawo yang terbentuk. Semakin besar ukuran sawo yang terbentuk pasca persarian, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan agar sawo masak pohon dan siap untuk dikonsumsi, hingga mencapai 200 hari pasca mekarnya bunga. Ciri lain sebagai pembeda sawo ini dibanding sawo lainnya adalah guratan seperti batik pada sawo muda, kulit buah kasar karena terbentuknya pola batik tersebut. Guratan batik akan semakin menghilang secara perlahan saat ukuran buah mulai membesar, namun kulit buah akan tetap kasar hingga buah masak sempurna. 


karakteristik mirip "batik" pada kulit buah sawo jumbo CM19 saat masih muda




tampilan sawo jumbo CM19 menjelang masak fisiologis




Persentase daging buah yang dapat dimakan sangat tinggi, itu karena jumlah biji sawo jumbo hanya 1-2 biji saja per buah. Dagingnya lembut, tidak berpasir (Jawa : masir), dengan rasa manis yang menyengat, saking manisnya rasa buah sawo ini. Selain dikonsumsi sebagai buah meja, sawo ini juga sangat nikmat dinikmati dalam bentuk "juice" yang di-blender bersama dengan es, tanpa perlu menambahkan gula cair sebagai penambah rasa manis.




Selain ditanam di lahan, sawo jumbo CM19 sangat cocok ditanam dalam pot (tabulampot). Bibit yang hendak ditanam, sebaiknya berupa bibit klonal (bibit yang diperbanyak secara vegetatif), agar keseragaman sifat genetik yang baik dari pohon induk dapat diturunkan ke bibit yang akan ditanam. Bibit klonal sawo jumbo CM19 yang disarankan berasal dari bibit okulasi (tempel mata tunas), bibit sambung sisip (tempel ranting muda), bibit susuan, bibit sambung pucuk (cleft grafting), dan bibit cangkokan, tentunya bibit harus berasal dari indukan terpilih yang terbukti memang berbuah dalam ukuran jumbo. Di pasaran banyak beredar bibit yang diberi label sawo jumbo, namun kenali bibit tersebut dengan baik sebelum memutuskan untuk menanamnya, sehingga investasi waktu yang dialokasikan untuk menanam sawo jumbo ini terbayar dengan pembuktian bahwa bibit sawo tersebut memang bibit sawo jumbo CM19 asli, bukan sawo yang lainnya.



Srikaya (Annona cherimola) var Atemoya - Mexico




Durian (Durio zybethinus) var Monthong - Thailand