Sunday, December 23, 2012

Mencangkok Dengan Bahan "Floral Foam"







Topik tentang mencangkok tanaman buah (dan jenis tanaman lainnya) telah diposting di blog ini jauh hari sebelumnya, sebelum akhirnya dibuat postingan baru tentang mencangkok dengan bahan Floral Foam. Bahan floral foam adalah bahan yang lazim digunakan di berbagai penyedia karangan bunga, khususnya penyedia rangkaian bunga segar untuk bahan pajangan di dalam ruangan, karena floral foam digunakan sebagai media stek agar rangkaian bunga segar tersebut dapat dirangkai dengan apik dan tentu saja agar rangkaian bunga tersebut tetap berada dalam kondisi segar dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sebagai mana halnya batu apung yang terbentuk secara alami di alam, bahan dasar floral foam adalah batu yang dilelehkan pada temperatur yang sangat tinggi, yang kemudian ke dalam lelehan batu tersebut diberi warna tertentu (umumnya warna hijau) lalu "cairan batu" dicetak dengan dimensi ukuran tertentu. Yang banyak dipasarkan umumnya berbentuk seperti paving block (conblock) atau brick.









Floral foam banyak digunakan oleh penyedia rangkaian bunga segar karena mempunyai beberapa kelebihan : daya simpan airnya yang sangat tinggi serta mempunyai ruang pori yang sangat banyak. Jika digunakan sebagai bahan cangkok, pertumbuhan akar akan mudah terjadi karena ketersedian air yang sangat tinggi di dalam media cangkok disertai kemudahan akar untuk tumbuh karena pada dasarnya secara fisik, material floral foam cukup rapuh dan lembut untuk ditembus oleh akar-akar muda sekalipun. Dengan demikian, pertumbuhan akar juga akan sangat cepat sekaligus mudah diamati.

Beberapa merk floral foam yang beredar di sini adalah : Oasis, Foracell, dan Aspac Premium, dengan kisaran harga antara Rp 6.000 hingga Rp 7.500 per blok, dengan dimensi ukuran 23x10,5x7,5cm. Cara termudah untuk memperoleh floral foam adalah dengan membelinya di toko-toko penyedia karangan bunga atau rangkaian bunga segar, juga di beberapa nursery yang menyediakan perlengkapan budidaya tanaman, selain di supermarket pada bagian perlengkapan budidaya tanaman (pot, media tanam, pupuk, pestisida, dan sebagainya) dan tanaman tiruan/imitasi. Jika dibandingkan harga satuan blok floral foam dengan jumlah cangkokan yang dapat dibuat, maka biaya yang dikeluarkan ternyata relatif murah, berkisar antara Rp 200 hingga Rp 600 untuk membuat satu bibit cangkok.

Floral foam terbagi menjadi dua, tipe kering dan tipe basah. Disebut tipe kering karena sama sekali tidak menyerap air sedangkan floral foams tipe basah mampu menyerap air dengan cepat dan menyimpan air tersebut di dalam ruang pori di dalam material fisiknya. Sebagai bahan cangkok, floral foam tipe basah yang digunakan, sekali lagi karena mampu menyerap dan menyimpan air dengan baik.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam mencangkok dengan menggunakan bahan floral foams :




Siapkan floral foam, larutan B1 Liquinox (perangsang akar sekaligus anti stress), pisau tajam dari bahan stainless steel, lembaran plastik kemasan gula pasir / terigu berukuran 1-2 kg, tali yang dibuat dari lembaran plastik es yang diiris selebar 1-2cm sebagai alat pengikat yang lentur, serta jepitan pakaian yang biasa digunakan saat menjemur pakaian basah.




Jika diperlukan, bisa ditambahkan hormon (zat pengatur tumbuh - ZPT) perangsang akar seperti Root-Up, Clonex, maupun Rootone F. Semua ZPT ini umumnya mengandung senyawa indole 3 butiric acid.




Buat larutan B1 Liquinox dengan konsentrasi 0,05% (5 mililiter B1 Liquinox dilarutkan dalam 1000 mililiter air). Tempatkan larutan pada wadah plastik ceper untuk merendam potongan floral foam nantinya.

Potong floral foam dengan pisau tajam, dengan ukuran tergantung diameter cabang/dahan yang hendak dicangkok. Jika cabang/dahan yang hendak dicangkok berdiameter 1cm, potong floral foam dengan ukuran 3x3x3cm. Ukuran potongan floral foam bersifat customized, bisa disesuaikan dengan ukuran cabang/dahan yang hendak dicangkok, namun sebaiknya jangan terlalu besar karena volume floral foam yang terlalu besar justru menghambat pertumbuhan akar-akar cangkokan karena membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menembus floral foam yang berukuran terlalu besar.




Kerat kulit cabang/dahan yang hendak dicangkok dengan panjang keratan cukup 2cm saja, atau selebar jari telunjuk orang dewasa, biarkan 5-10 menit, lalu kerik habis lapisan kambiumnya yang telah mengering dan menimbulkan warna cokelat di atas kayu yang telah dikelupas kulitnya. Saat pengerikan kambium, usahakan pisau berada dalam posisi tegak lurus arah cabang/dahan, hal ini dilakukan untuk mengurangi luka pada kayu yang dikerik lapisan kambiumnya. Semakin banyak lapisan kayu yang terluka akan bisa mengakibatkan jaringan kayu kemudian mati, dicirikan dengan daun pada bagian atas cangkokan yang layu dan mengering, yang mengakibatkan keseluruhan proses mencangkok menjadi gagal.






Jika diperlukan, bidang cangkok dapat diolesi dengan pasta/gel ZPT penumbuh akar, lalu biarkan mengering selama 5-10 menit setelah pasta/gel ZPT dioleskan. Sebagian ZPT penumbuh akar juga mengandung fungisida yang bermanfaat untuk menghambat dan mengendalikan pertumbuhan jamur.




Ambil lembaran plastik kemasan gula pasir / terigu, dan potongan floral foam yang telah direndam dalam larutan B1 Liquinox, serta pisau untuk membelah potongan floral foam.




Belah floral foam menjadi 2 bagian dengan membelahnya tepat di bagian tengah.




Floral foam basah yang telah terbelah menjadi 2 bagian sama besar.




Letakkan floral foam 1cm di atas keratan bagian atas, tekan dari bagian belakang ke arah dalam menggunakan jari telunjuk dan jari tengah sehingga setengah dari bidang cangkok melesak masuk ke dalam floral foam yang relatif lunak.




Lakukan hal yang sama dari arah sebaliknya menggunakan ibu jari tangan sehingga setengah bagian bidang cangkok melesak masuk ke dalam floral foam dari arah depan.




Selipkan plastik di antara ibu jari di bagian depan dan jari telunjuk / jari tengah di bagian belakang sambil  3 jari tersebut tetap menjepit 2 lapis floral foam.




Lilitkan plastik hingga lembarannya habis dan rapikan plastik bagian atas dan bagian bawah dengan cara menariknya secara bersamaan agar lembaran plastik menutup dengan erat.




Jepit plastik di bagian atas cangkokan menggunakan jepitan pakaian lalu ikat plastik bagian bawah menggunakan tali dari irisan plastik es. Penggunaan tali yang terbuat dari irisan plastik es sangat bagus karena tali tersebut sangat lentur sehingga mampu mengikat dengan rapat dan kuat. Pengikatan pada bagian bawah terlebih dahulu juga bermanfaat agar floral foam tidak melorot, melewati bidang keratan yang bisa menyebabkan proses pencangkokan akhirnya menjadi gagal.




Lepaskan jepitan pakaian, lalu rapikan plastik pembungkus cangkokan, kemudian ikat lembaran plastik tersebut pada bagian atas cangkokan dengan rapi.




Proses pencangkokan telah selesai dengan rapi, karena itu patut diacungi jempol.




Perbandingan cangkokan yang lain dengan jari telunjuk, ukurannya sangat minimalis.




Dalam waktu 2 minggu, akar cangkokan Jambu Citra Bangkok (Thongsamsie) telah tumbuh dengan subur.




Dalam waktu 2 minggu, akar cangkokan Delima "Red Ruby" telah tumbuh dengan subur.




Dalam waktu 2 minggu, akar cangkokan Jambu Citra "Thabtimcan" telah tumbuh dengan subur.




Klengkeng pingpong type Thailand berbiji kecil yang proses pencangkokannya baru saja selesai.




Jika dalam kurun waktu tertentu (baik pada saat akar telah tumbuh, maupun belum terlihat pertumbuhan akar sama sekali) media floral foam terlihat kering, tambahkan larutan B1 Liquinox dengan konsentrasi 0,02% (2 cc B1 Liquinox dilarutkan dalam 1000 cc air), diberikan dengan cara menyuntikkan larutan tersebut ke dalam floral foam. Ulangi perlakuan tersebut dalam jangka waktu tertentu jika diperlukan




















Jika dirasa pertumbuhan akar telah cukup banyak dan mampu menunjang pertumbuhan tanaman, pisahkan cangkokan dari tanaman induk, buka plastik penutupnya, lalu rendam cangkokan dalam larutan B1 Liquinox (konsentrasi 0,05%) selama 10-20 menit agar media cangkok dan akar yang baru menjadi jenuh dengan kandungan P2O5 yang terkandung pada larutan tersebut, sekaligus mengurangi stress cangkokan pasca pemisahan dari tanaman induknya.





Karena ukurannya yang kecil, bibit cangkokan cukup ditanam menggunakan gelas plastik berdiameter 8cm yang telah dilubangi di bagian bawah dan samping gelas plastik tersebut.




Gunakan media tanam berupa campuran 1 bagian volume kompos daun dan 1 bagian volume sekam bakar (tanpa tanah sama sekali), yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan akar menjadi lebih cepat karena media tanam yang poros namun subur.
Siram kembali media tanam tersebut dengan larutan B1 Liquinox hingga media tanam jenuh dengan air dan letakkan di tempat teduh selama seminggu sebelum akhirnya bibit mendapat penyinaran matahari penuh.




Bibit baru jambu "Black Kingkong" hasil cangkokan dengan menggunakan bahan floral foam telah siap tumbuh menjadi individu tanaman baru dan kelak menghasilkan buah yang sama persis dengan buah yang dihasilkan oleh tanaman induknya.




Bibit baru hasil cangkokan telah ditanam di polybag dengan ukuran polybag yang menyesuaikan dengan ukuran bibit hasil cangkokan tersebut



SELAMAT MENCOBA & PASTI BISA !!!!! 

Sunday, December 9, 2012

Sambung Sisip, Memodifikasi Teknik Okulasi


Sambung sisip mangga Red Emperor ke batang bawah mangga Madu

 
Sambung sisip klengkeng Diamond River "Jenderal" ke batang bawah klengkeng lokal


Okulasi adalah sebuah kata yang sangat populer di kalangan para pecinta tanaman, khususnya pecinta tanaman buah, termasuk para penangkar bibit (grower). Populer, itu karena mayoritas bibit tanaman buah yang dihasilkan dan beredar secara luas di Indonesia adalah bibit yang diperbanyak dengan cara okulasi atau tempel mata, meski sebenarnya cara okulasi bukan satu-satunya cara untuk memperbanyak tanaman. Okulasi juga ternyata kurang begitu populer bagi kalangan pecinta tanaman khususnya di Jawa Timur dan Kalimantan Barat, sebab dari kedua daerah tersebut, cara sambung pucuk (top grafting) adalah cara yang paling banyak digunakan dibanding cara-cara perbanyakan tanaman lainnya. Di beberapa daerah lainnya, sambung susuan (approach grafting) justru menjadi cara perbanyakan yang paling disukai.

Topik ini tidak mengulas okulasi karena pendapat dari beberapa penangkar, okulasi adalah cara yang relatif sulit karena menuntut kemampuan teknis yang lumayan tinggi alias agak njlimet kata orang Jawa (padahal sebenarnya tidak), serta pertumbuhan mata tunas yang relatif lebih lambat (bagi orang yang kurang sabar). Mengambil (kadang harus dengan cara mencongkel) mata tunas memang bukan hal mudah bagi pemula dan penghobi yang jarang bersentuhan dengan cara atau teknik ini. Jika proses okulasi mata tunas yang ditempelkan berhasil, dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menumbuhkan mata tunas tersebut menjadi calon batang dan cabang. Oleh karena itu, dicari teknik baru yang relatif lebih sederhana dibanding okulasi di satu sisi dan di sisi lainnya, cara yang relatif lebih sederhana tersebut bisa menghasilkan bibit tanaman baru yang pertumbuhannya lebih cepat bongsor dibanding bibit hasil okulasi.

Sambung sisip sebenarnya bukan teknik baru karena cara ini sebenarnya hanya memodifikasi teknik sambung mata alias okulasi. Dikatakan modifikasi karena "step by step" hampir mirip dengan okulasi, namun jika pada teknik okulasi yang ditempelkan adalah mata tunas, maka pada sambung sisip yang ditempelkan adalah ranting muda. Jika pada teknik okulasi hanya menempelkan 1 mata tunas saja, maka pada sambung sisip dapat ditempelkan ranting muda dengan lebih dari 1 mata tunas, bisa 2 mata tunas sekaligus, bahkan lebih. Dengan demikian, jika mengandung lebih dari 1 mata tunas, maka titik percabangan rendah dapat direkayasa dari awal, sejak bibit tersebut dibuat, karena bibit dengan percabangan rendah atau percabangan yang langsung muncul di titik sambungan akan menghasilkan tanaman yang rendah namun kompak, rimbun, dan dengan tajuk yang membulat, satu model yang sangat ideal untuk para penghobi tanaman buah dalam pot maupun untuk penanaman di lahan. Jika penempelan ranting muda berhasil, pertumbuhan tunas dari ranting muda tersebut juga cenderung lebih cepat dibanding tunas yang muncul dari penempelan mata pada okulasi, dengan demikian hal ini menjadi solusi bagi mereka yang menginginkan pertumbuhan bibit yang lebih cepat bongsor.



Berikut adalah tahapan-tahapan dalam proses sambung sisip :
(contoh foto tutorial adalah sambung sisip pada tanaman klengkeng)






Siapkan batang bawah yang pertumbuhan tanamannya sehat, daun di bagian ujung tunas telah berkembang sempurna dan berwarna hijau tua. Itu tanda bahwa tanaman sedang berada dalam keadaan dorman, tidak terjadi aktifitas pembelahan sel yang intensif di bagian tunas-tunas ujung tanaman. Dalam kondisi seperti ini, kambium tanaman berada keadaan maksimum, lapisannya kambiumnya tebal, dan sangat ideal untuk proses pengelupasan kulit batang dan penyambungan serta penyatuan entres.

Pilih titik penyambungan, kira-kira 15 hingga 25cm di atas pangkal batang, iris kulit batang di titik penyambungan tersebut memanjang dari atas ke arah bawah, sepanjang 3-5cm, dengan lebar 7-10mm.






Potong melintang kulit batang pada bagian atas, lalu congkel menggunakan mata pisau, kemudian tarik kulit batang pelahan dengan hati-hati agar tidak putus atau robek. Potong "lidah" kulit batang tersebut dengan menyisakan kulit batang sepanjang 1cm di bagian bawah yang nantinya berfungsi sebagai dudukan atau penyangga entres yang akan ditempelkan ke batang bawah.

Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kulit batang tidak dapat dikelupas dan lengket saat ditarik, ini adalah tanda bahwa lapisan kambium batang bawah berada dalam keadaan minimum dan sangat tipis. Batalkan penggunaan batang bawah tersebut dan suburkan kembali pertumbuhannya agar dapat digunakan kembali sebagai batang bawah setelah pertumbuhannya disuburkan beberapa waktu kemudian.



Siapkan entres yang diambil dari ranting bagian ujung dari pohon induk terpilih. Entres harus cukup muda dengan kulit berwarna hijau atau hijau keabuan. Potong semua daunnya dan sisakan tangkai daun sepanjang kurang lebih 5mm yang berfungsi untuk melindungi mata tunas di bagian ketiak tangkai daun saat plastik pengikat dililitkan ke titik sambungan.

Jangan gunakan entres yang kulitnya telah berwarna cokelat tua atau coklat keabuan karena daya regenerasi entres seperti telah menurun, sehingga kemampuannya untuk menumbuhkan tunas lebih rendah dibanding yang diambil dari tunas muda di bagian ujung.

Entres bisa dipilih mulai dari bagian pucuk hingga bagian bawah dengan 1-4 mata tunas, yang penting kulit entres masih berwarna hijau atau hijau keabuan.



Potong entres dengan 1-3 mata tunas, lalu iris miring sepanjang 2cm pada bagian pangkalnya dan usahakan agar pengirisan tersebut hanya dilakukan dengan prinsip "sekali iris langsung jadi". Pengirisan berkali-kali bisa membuat entres menjadi sangat pendek ukurannya sehingga sulit untuk ditempelkan, selain itu pengirisan berulang-ulang bisa menimbulkan resiko memar jaringan yang akhirnya memperkecil persentase keberhasilan penyambungan tersebut.



Letakkan entres yang telah disayat bagian pangkalnya, persis berhadapan dengan bidang sayatan kulit batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya, lalu tempelkan dengan tepat sehingga terjadi pertemuan antara bidang iris entres dengan bidang sayatan kulit batang bawah . Umumnya, entres tidak akan jatuh karena terjepit oleh "lidah" kulit yang disisakan sebagai dudukan atau penyangga entres.




Jepit titik sambungan dengan ibu jari tangan agar entres tidak bergeser atau berubah posisinya. Pergerakan entres yang berulang-ulang akan mengurangi tingkat keberhasilan penyambungan karena bidang pertemuan entres dan batang bawah mengalami memar, khususnya di bagian jaringan kambium batang bawah.






Ikat bidang sambungan menggunakan irisan plastik PE (polyethilene) yang tipis namun sangat lentur dan kuat. Ikatan dimulai dari bawah, sekitar 5mm dibawah sambungan, melingkar sambil menarik plastik ke arah atas, menutup rapat seluruhnya hingga kira-kira 5mm di atas entres yang ditempelkan.



Keseluruhan bidang sambung dan entres telah tertutup rapat oleh lilitan plastik sehingga mengurangi infiltrasi air dari luar yang bisa membuat entres membusuk, sekaligus lilitan plastik tersebut membuat iklim mikro menjadi tetap lembab. Fungsi lain dari lilitan plastik ini adalah mengurangi laju penguapan air (evapotranspirasi) akibat metabolisme entres sehingga akhirnya entres tetap berada dalam kondisi segar.




Gunakan plastik PE (polietilen) yang tipis, sangat lentur, namun kuat sebagai pengikat. Plastik yang digunakan sebagai pengikat mempunyai ketebalan 0,02mm, berbentuk lembaran yang kemudian diris-iris menggunakan cutter, berukuran lebar 2-3cm dan panjang 10-15cm, disesuaikan dengan diameter batang bawah yang akan disambung sisip 




Bariskan dengan rapi semua bibit yang telah disambung sisip di tempat terbuka untuk memudahkan pemeliharaan selama proses sambung sisip berlangsung.








Empat minggu pasca penyambungan, plastik pengikat dapat dibuka seluruhnya. Jika entres tetap segar dan berwarna hijau atau kehijauan, berarti sambungan berhasil, namun jika entres menghitam dan mengering, hal tersebut adalah tanda bahwa proses penyambungan gagal. 

Jika sambungan berhasil, biarkan 2-4 hari, setelah itu potong setengah batang bawah setinggi 5-8cm di atas titik penyambungan. Setelah dipotong setengah, tekuk batang atas ke arah bawah untuk merangsang tunas agar tumbuh dengan cepat karena entres telah menyatu dengan batang bawah.






Tunas akan tumbuh dengan cepat pasca pemotongan batang utama (batang bawah) 5-8cm di atas titik sambungan. Penyinaran sinar matahari penuh akan merangsang laju pertumbuhan tunas menjadi batang baru dengan cabang, ranting dan daun baru yang sempurna.










Tunas akan tumbuh dan berkembang sempurna 10-12 minggu pasca penyambungan




klengkeng Diamond River "Jenderal" hasil perbanyakan sambung sisip


Berikut ini adalah tampilan beberapa bibit tanaman buah yang dibuat dengan menerapkan teknik sambung sisip, dengan tunas yang telah tumbuh dan berkembang sempurna




















SELAMAT MENCOBA dan PASTI BISA !!