Monday, December 3, 2012

Alpokat Mentega Super







Alpokat (Persea americana Mill.) adalah tumbuhan penghasil buah dengan nama yang sama, termasuk salah satu buah yang populer di Indonesia dan cukup banyak ditanam di halaman rumah masyarakat sebagai tanaman perindang sekaligus tanaman penghasil buah, selain itu alpokat juga tumbuh liar di hutan-hutan. Berasal dari Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah, dengan tinggi pohon bisa mencapai 20 meter. Alpokat sangat baik ditanam pada daerah berelevasi 200 hingga 900 m dpl, meski demikian alpokat juga sangat produktif meski ditanam di daerah berketinggian kurang dari 100 m dpl. Daun alpokat adalah daun tunggal dengan panjang tangkai 1,5 - 5 cm, bertulang menyirip dengan lebar daun berkisar antara 3 - 11 cm, dan panjang daun berkisar 10 - 20 cm. Bunga alpokat tergolong bunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting. Buah alpokat tergolong buah buni dengan bentuk bulat, bulat bola maupun bulat telur, berkulit lembut tidak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecokelatan, tergantung pada varietasnya. Selain digunakan sebagai bahan konsumsi, ekstrak daging buah alpokat yang mengandung lemak nabati banyak digunakan sebagai bahan dasar kosmetik. Daun dan buah alpokat mengandung saponin, alkaloida dan flavonoida. Buah alpokat juga mengandung tanin, sementara daunnya mengandung polifenol, quersetin, serta gula alkohol persiit.






Pohon induk alpokat ini ditanam di kota Yogyakarta bagian selatan, berelevasi sekitar 112 meter di atas permukaan laut, ditanam sejak Agustus 1994 yang lalu, hingga saat ini pohon induk tumbuh subur dengan kanopi membulat berukuran diameter 10 meter. Saat ditanam tahun 1994, tanaman berupa bibit sambung pucuk dari pohon induk di seputaran kampus Universitas Gadjah Mada. Saat ini, pohon induk terdahulu telah ditebang karena lokasi tanamannya telah berubah menjadi sebuah bangunan megah. Berbunga pertama saat tanaman berumur kurang dari 3 tahun, dengan produksi buah yang meningkat terus dari tahun ke tahun. Umumnya pohon induk mengeluarkan bunga pada bulan Februari, Mei, dan puncak pembungaan akan terjadi pada bulan Agustus. Bunga dan buah bermunculan terus menerus sepanjang tahun, susul menyusul, sehingga pada pohon induk yang sama, bisa ditemukan bakal bunga, bunga yang sedang bermekaran, bakal buah berukuran sebesar telur burung merpati, buah muda berukuran sebesar telur bebek hingga buah dewasa yang siap panen. Dalam kurun waktu setahun hanya terdapat sebulan dua bulan masa jeda di mana bunga tidak muncul, di bulan yang lain bunga akan muncul dan berubah menjadi buah muda susul menyusul.

Karena umur pohon induk yang sudah dewasa, lebih dari 18 tahun sejak ditanam, perlakuan pemupukan dan pemangkasan teratur dilakukan untuk menjaga agar pohon induk tetap tumbuh dengan prima dan produktifitas yang tinggi untuk menghasilkan buah yang prima pula. Pupuk dalam bentuk NPK Phonska 15-15-15 diberikan sebanyak 2 kilogram setiap 3 bulan sekali dengan cara dimasukkan dalam lubang yang dibuat menggunakan linggis, berjarak 1,5 hingga 2 meter dari batang utama. Lubang dibuat melingkar di bawah tajuk dan di dalam setiap lubang tersebut dimasukkan pupuk NPK Phonska sebanyak 2 sendok makan, kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah. Dengan demikian, pupuk NPK Phonska yang berikan ke tanaman berjumlah 8 kg dalam kurun waktu setahun. Jika harga pupuk NPK Phonska (bersubsidi) Rp 2.500/kg, maka jumlah yang dikeluarkan untuk biaya pemupukan dalam kurun waktu setahun hanya Rp 20.000, sangat murah jika dibandingkan dengan produktifitas buahnya yang luar biasa.

Setiap orang yang baru pertama kali melihat pohon induk yang ditanam di halaman belakang rumah ini, pasti akan bertanya : seberapa sering atau seberapa banyak tanaman ini diserang oleh hama ulat pemakan daun alpokat ? Ini adalah pertanyaan klasik karena memang pada umumnya, ulat daun adalah salah satu hama yang senantiasa muncul jika ada pertanaman alpokat, di mana ulat akan menyerang dan menghabiskan daun pada satu tanaman. Tampilan ulatnya juga cukup menakutkan, berwarna hijau dengan ukuran yang cukup besar. Kekhawatiran akan munculnya ulat tersebut tidak perlu terjadi jika menanam alpokat ini karena salah satu keistimewaan dari alpokat ini adalah nyaris tidak pernah terserang ulat yang lazim menyerang pohon alpokat. Ini terjadi karena daun alpokat jenis mentega super ini mengandung protein/enzim tertentu yang tidak disukai oleh ulat tersebut.














Buah yang muncul saat musim pembungaan bulan Februari dan Mei, umumnya berukuran cukup besar dengan bobot buah berkisar 500 gram hingga 800 gram perbuah, itu terjadi karena jumlah buah tidak sebanyak pada musim pembungaan di bulan Agustus yang mencapai puncaknya dengan jumlah buah yang sangat banyak sehingga ukuran bobot buah berubah menjadi kisaran 300 gram hingga 600 gram per buah.




Buah masak pohon dicirikan dengan kulit luar yang berubah dari warna hijau mengkilat menjadi hijau kelabu dan terbentuk bintik-bintik kasar berwarna cokelat abu-abu pada kulit buah (Jawa : burik). Saat itu jika buah dipetik kemudian buah digoyang-goyangkan akan terasa biji buah yang terlepas dari daging buahnya karena adanya rongga yang terbentuk di antara biji dan daging buah. Pada kondisi ini buah belum dapat dikonsumsi segar dan diperlukan waktu tambahan berkisar antara 3 hingga 5 hari untuk pemeraman buah agar buah dapat dikonsumsi dengan baik. Tidak diperlukan upaya khusus dalam proses pemeraman berikutnya, buah masak pohon cukup dimasukkan dan diatur rapi ke dalam kardus bekas jika berjumlah banyak dan cukup diletakkan di tempat terbuka di dalam rumah jika jumlah buah yang hendak dikonsumsi cuma sedikit.

Setelah 3 hingga 5 hari pasca pemeraman, buah akan masak sempurna dan siap dikonsumsi dengan ciri kulit buah terlihat layu, sedikit keriput, dan sama sekali tidak mengalami perubahan warna menjadi ungu. Umumnya, kulit buah alpokat yang berubah warna dari hijau menjadi ungu saat buah masak sempurna, menandakan daging buah mentega jenis ini berserat, akan kelihatan pada bagian ujung buah yang telah dibelah, terbentuk garis-garis warna coklat sebagai penanda. Jenis alpokat seperti ini cukup merepotkan jika hendak dikonsumsi langsung karena serat-serat tersebut berukuran cukup besar dan terlihat menonjol, dengan warna coklat yang mengganggu penampilan daging buah secara keseluruhan, belum lagi jika serat berukuran besar tersebut "nyangkut" dan terselip di antara gigi saat daging buah dikunyah.






Daging buah alpokat mentega super ini terasa begitu nikmat dengan tekstur yang lembut, benar-benar fiberless, tanpa serat sama sekali, dengan rasa gurih yang dominan namun tidak menyebabkan "eneg" bagi yang memakannya. Banyak kawan yang suka sekali mengkonsumsi daging buahnya begitu saja, tanpa campuran apapun, diambil langsung menggunakan sendok, namun beberapa kawan lainnya justru mencampur daging buah dengan sedikit susu cokelat yang diteteskan di atas buah, sirup, maupun air kopi manis untuk menambah sensasi nikmat saat melahap daging buah alpokat mentega super ini. Yang jelas, bagaimana pun cara daging buah alpokat mentega super ini dikonsumsi, semua cara tersebut memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri bagi penikmatnya, termasuk saat daging buahnya di-blender atau dijadikan campuran es buah.

Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kulit buah alpokat umumnya berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi hijau tua saat menjelang masak fisiologis di pohon, namun banyak varietas menampakkan ciri yang khas, yakni kulit buah berubah menjadi ungu atau coklat kemerahan saat buah masak sempurna dan siap untuk dikonsumsi. Berdasarkan pengalamana semata, saya mengamati bahwa alpokat-alpokat yang kulit buahnya berubah warna menjadi ungu atau merah kecoklatan saat masak sempurna, umumnya mempunyai daging yang sedikit berserat hingga serat yang jumlahnya cukup dominan di dalam daging buahnya. Hal ini dapat dilihat dari guratan-guratan coklat yang membujur di sepanjang daging buah jika buah dibelah. Selain perubahan warna, varietas alpokat berkulit mengkilat saat masak fisiologis di pohon, umumnya juga berserat, sehingga dengan demikian, perubahan warna kulit buah saat masak sempurna dan sifat mengkilat kulit buah saat masak fisologis di pohon dapat dijadikan pendekatan untuk memilih buah alpokat, termasuk kategori daging buah tanpa serat atau justru banyak serat di daging buahnya. Dengan demikian, pembeli tidak terkecoh saat membeli buah alpokat yang lazim dijual di pasar maupun di gerai buah di supermarket.





Untuk mendapatkan pertanaman alpokat mentega super sebagaimana yang tergambar di atas, tentu saja diperlukan bibit yang berkualitas super pula, oleh karena itu bibit harus diperbanyak secara vegetatif (klonal) dengan mengambil entres dari Pohon Induk Tunggal (PIT) yang sudah jelas kualitasnya : tetap berbunga dan bunga bisa menjadi buah meski ditanam sendirian (berbunga sempurna), bentuk kanopi tajuk membulat dengan ketinggian tanaman yang dapat diatur sejak awal dengan pemangkasan teratur, berbunga dan berbuah sepanjang tahun dengan jeda yang relatif sangat singkat, produktifitas buah sangat tinggi, serta kualitas daging buah seperti mentega, tanpa serat sama sekali, serta nyaris sama sekali tidak pernah diserang ulat pemakan daun yang sangat ditakuti jika orang menanam alpokat.

Bibit bisa dipilih dari beberapa model perbanyakan secara vegetatif : sambung pucuk (top grafting), sambung sisip, maupun sambung susuan (approach grafting) dengan batang bawah berasal dari semaian biji alpokat ini sendiri maupun semaian biji alpokat lokal lainnya. Bibit vegetatif yang dibuat secara klonal seperti ini, akan bersifat 100% sama persis dengan sifat genetik tanaman induknya, dan sifat-sifat tersebut tidak pernah berubah meski bibit tanaman itu nantinya akan ditanam di Jawa, Sumatera, Kalimantan, maupun di wilayah lain di seluruh Indonesia.

No comments:

Post a Comment