Hampir setiap orang yang melewati jalan di depan rumah saya, pasti akan menengok ke arah halaman, memelototi rangkaian buah dalam tandan yang bergelantungan di ujung-ujung ranting. Mereka umumnya merasa heran melihat dompolan buah yang berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat, dan berukuran besar. Bagi mereka yang tahu bahwa itu adalah salah satu varietas klengkeng, keheranan tetap mewarnai pikiran mereka, lebih karena ternyata ada varietas klengkeng "baru" yang bisa berbuah lebat di Yogyakarta yang berelevasi hanya 113 m di atas permukaan laut, dengan ukuran tanaman yang relatif "kecil" dan tinggi kurang lebih hanya 2 meter namun mempunyai ukuran buah besar, lebih besar dari klengkeng yang biasa ditemukan di pasaran. Sementara bagi mereka yang belum tahu sama sekali, keheranan mereka adalah karena melihat ada jenis buah yang berkulit "putih", dan jika mereka diberi tahu bahwa itu termasuk varietas buah klengkeng,
Saya mendapatkan varietas klengkeng ini pertama kali tahun 2004 yang lalu dari seorang kawan yang membawakan satu bibitnya dari kota Pontianak, Kalimantan Barat, berupa bibit sambung pucuk setinggi 50an cm. Klengkeng ini bernama "satu jari", konon karena daging buahnya sangat tebal, setebal satu jari manusia. Ketebalan daging buah klengkeng sangat ditentukan oleh 2 faktor, ukuran buah keseluruhan serta ukuran biji yang relatif kecil, sehingga semakin besar ukuran buah dengan ukuran biji yang semakin kecil, maka persentase daging buah yang dapat dikonsumsi akan semakin besar.
Sementara ini, ditemukan 3 varietas klengkeng yang diberi nama Klengkeng Satu Jari, yang pertama adalah satu jari daun runcing karena ujung daun meruncing sebagaimana terlihat pada foto di postingan ini, lalu ada satu jari daun bulat karena ujung daunnya membulat dengan cekungan pada bagian tengah daun membentuk seperti mangkok, dan terakhir adalah satu jari Sarawak karena bibit tanamannya berasal dari Sarawak Malaysia. Khusus satu jari Sarawak, morfologi daunnya agak sulit dibedakan dengan klengkeng lain yang dikenal dengan naman klengkeng Hawae (harum wangi enak), suatu penamaan sekedarnya yang tidak mengikuti kaidah penamaan (nomenklatur) dalam taksonomi tumbuhan, lebih hanya karena buahnya mengeluarkan aroma yang harum dan wangi serta rasanya enak. Yang membedakan Satu Jari Sarawak dengan Hawae adalah cincin pelat di kulit bagian luar, jika satu jari sarawak mempunyai pola cincin pelat, maka hawae berkulit putih tulang yang polos tanpa cincin pelat. Sebagian orang memberi nama satu jari daun runcing dengan nama Satu Jari Daun Halus karena permukaan daunnya yang halus, sama sekali tidak bergelombang atau menonjol atau berlekuk pada bagian tertentu.
Daun satu jari ini umumnya berukuran besar, 4 hingga 8cm lebarnya, dengan panjang bervariasi antara 8 hingga 16cm, berujung runcing, sangat tebal dan kaku. Batangnya, cabang dan ranting sangat kuat dan tidak mudah patah. Percabangan harus dibentuk sejak awal dengan pemangkasan yang teratur karena umunya cabang dan ranting akan tumbuh memanjang (Jawa : nglancir) sebagai mana halnya klengkeng pingpong, oleh karena, pemangkasan tunas-tunas ujung (tunas apikal) harus mutlak dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas samping (tunas lateral), agar tanaman kompak, rimbun, dan mempunyai banyak ujung ranting, karena semakin banyak ujung ranting, maka tempat potensial untuk pertumbuhan bunga dan buah akan semakin banyak.
Buah muda berwarna hijau dengan cincin pelat yang terbentuk sejak awal sebagai penanda/ciri genetik dari varietas ini, dengan bintik-bintik di seluruh bidang permukaan kulit luar buah.
Untuk klengkeng golongan non temperate (klengkeng non sub tropis), buahnya berjumlah cukup banyak dalam satu rangkaian tandan buah, berkisar antara 30 - 80 buah per tandan, dengan tingkat kerontokan buah yang sangat rendah, sehingga persentase bunga yang jadi buah pasca persarian dan jumlah buah yang dapat dikonsumsi saat panen, sangat tinggi. Satu hal lagi, tingkat ketahanan bunga terhadap curah hujan tinggi juga sangat bagus sehingga meskipun persarian bunga terjadi di musim hujan, pentil buah yang terbentuk tetap banyak dan akhirnya menjadi buah sempurna.
Kulit luarnyanya berbintik-bintik, dan ini yang menjadi ciri khas varietas satu jari daun runcing yang membedakannya dengan klengkeng satu jari daun bulat yang permukaan kulit luarnya cenderung halus mulus tanpa tonjolan bintik-bintik tersebut. Bintik-bintik ini juga muncul pada satu jari Sarawak, namun warna kulit buah lah yang membedakannya, jika pada satu jari daun runcing kulit buahnya berwarna krem keputihan, maka pada satu jari Sarawak berwarna putih tulang (lebih putih).
Buah berukuran besar dengan pembanding mata uang logam seratus rupiah di bagian atas
Kulit buah sangat tebal sehingga bisa dikupas, menyisakan kulit ari di bagian dalam
Daging buah yang kering dan kesat di bawah lapisan kulit ari buah
Daging buahnya cukup tebal dengan tekstur daging kesat, kandungan air sangat sedikit dan tekstur yang kenyal, tentu saja dengan rasa manis yang cukup menyengat lidah
Dengan pembanding mata uang logam seratus rupiah, terlihat bahwa biji klengkeng ini berukuran kecil, sedikit lebih besar dibanding biji kedelai
No comments:
Post a Comment